Jumat, 27 Maret 2015

Saya Mulai Kehilangan Sense of Surprise



Saya bertanya pada diri saya sendiri, “Mungkin ngga sih seseorang bisa kehilangan sense of surprise?”

Belakangan baru saya sadari bahwa saya tidak lagi se-ekspresif dulu. Tiap dapat atau dengar sesuatu hal berupa kejutan saya selalu menanggapi ala kadarnya. Paling banter saya hanya merespon, oh ya? Masa? Kapan? dan lain sebagainya.

Bahaya ngga sih ‘penyakit’ macam ini? Menurut saya sih ngga, tapi cukup mengganggu. Bayangkan jika sedang berada di tengah kerumunan orang -teman atau sahabat- dan salah satu di antara mereka dapat kejutan, masa iya reaksinya cuma plonga-plongo aja sedangkan yang lain pada histeris? Kan ngga seru.



Puncaknya awal bulan Maret lalu, tepat di hari saya berulang tahun yang ke-28. Bu Laura dan Mbak Parmi, keduanya rekan kerja kekasih saya yang tinggal bersama satu kontrakan, tiba-tiba keluar dari dalam kamar sambil membawakan kue cokelat. Secara bersamaan mereka mengucapkan “Happy Birthday Darwin” tapi apa ekspresi saya pada waktu itu? Melongo dan salah tingkah. Bingung mau menampilkan ekspresi macam apa. Saya tidak bisa histeris seperti orang kebanyakan. Setelah menimbang berbagai kalimat, akhirnya saya hanya bisa berucap, “Eh, makasih banyak Bu Laura, Mbak Parmi. Kok repot-repot sih” sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya gak terasa gatal sama sekali.

Semua terasa datar dan hambar. Kasihan mereka yang sudah repot menyiapkan segala sesuatunya berharap saya bakal histeris tapi kenyataannya tidak.

Jadi lain kali kalau mau kasih saya surprise tidak perlu repot. Cukup doa dan ucapan selamat saja, bagi saya itu sudah lebih dari cukup.

Sebetulnya saya tidak pernah merasa senang ketika usia saya bertambah. Bertambahnya usia berarti tambah tua dan bertambah pula tanggung jawab. Kata orang bijak, harus jadi orang hebat dan jauh lebih sukses dari tahun kemarin.

Andaikan saja kita tidak akan pernah tua.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar