Minggu, 22 September 2013

INILAH SOSOK MANUSIA BERTUBUH SETAN

Minggu (22/9) dini hari, akhirnya pekerjaan saya rampung, dengan kondisi tubuh letih dan kantuk tingkat dewa. Kedua mata yang setengah terpejam, saya kendarai sepeda motor dengan kecepatan seadanya (emang ada kecepatan ‘seadanya’?) yang penting sampai kost dengan selamat.


Di tengah perjalanan, di sudut jalan, saya melihat banyak sepeda motor parkir dan orang lalu-lalang dengan berjalan kaki. Awalnya saya pikir ada razia polisi, ternyata setelah menurunkan kecepatan dan memperhatikan lebih detail, barulah saya ngeh kalau di tempat itu adalah tempat lokalisasi atau biasa disebut komplek.

Tempat itu suram, diiringi suara dentum lagu yang memekak`an telinga dan dipenuhi oleh manusia bertampang seram! Belum lagi, preman-preman bertattoo standby jaga keamanan sekitar komplek. INILAH SOSOK SETAN BERTUBUH MANUSIA.. gumam saya dalam hati.

Melihat dari cara berpakaian dan penampilan para pengunjung komplek, saya bisa menebak bahwa mereka (nuwun sewu lho ya) berasal dari daerah dan berpenghasilan menengah ke bawah.

Saya jadi berpikir, mereka jauh-jauh cari penghasilan, meninggalkan istri dan anak dengan cara rantau kok ya masih bisa hura-hura menghamburkan uang untuk sekedar memenuhi hasrat seksual? Dari pada uangnya habis percuma dalam sekali transaksi, kenapa sih uangnya ngga dikirim ke istri dan anak mereka di kampung halaman? ‘Kan lumayan bisa dipakai untuk beli beras atau keperluan sehari-hari, mungkin? Lebih bermanfaat ‘toh? Bagaimana mereka (istri dan anak) meski dikirim sekedar Rp.100ribu atau Rp.50ribu pasti sangat bersyukur dan memanjatkan doa, “Mudahkanlah rezeki bagi suami hamba di sana”. Apa mereka (pelanggan komplek) tidak berpikir sampai ke sana?

Sungguh JIJIK saya melihat tampang mereka (pelanggan komplek) yang haha-hihi ngga jelas !! Kebayang ngga sih, istri mereka di kampung halaman mungkin saat ini sedang sholat tahajjud mendoakan sang suami mereka yang ternyata BEJAT?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar