Senin, 28 Oktober 2013

MENIRU RING OF FIRE


Semalem (Minggu, 27/10) baru kali ini saya menonton program acara “Ring Of Fire” di MetroTV jam 22.30 wita. Ring Of Fire sendiri, setahu saya, menjadi terkenal keseluruh penjuru tanah air khususnya dikalangan “bikers” setelah pentolan crew, Youk Tanzil tampil pada acara Kick Andi Show yang dibawakan oleh Andy F Noya.


Aksi dokumenter perjalanan mereka mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia menggunakan kendaraan kelas wahid, sepeda motor BMW Motorrad dan Huskyvarna, mobil Chevrolet, belum lagi dukungan dari berbagai perlengkapan (gadgets) highend membuat saya kembali bernostalgia masa-masa muda dulu masih menyandang predikat “Bikers”. Perbedaannya, ketika itu, saya tidak pernah atau minim sekali mendokumentasikan setiap perjalanan yang saya tuju. Semua hanya tersimpan dalam kenangan semata. Padahal, tidak menutup kemungkinan, jika saya tulis dan mempublikasikan hasil pengalaman perjalanan di blog, tawaran dari berbagai vendor bisa saja datang menghampiri.

Perjalanan Youk Tanzil dkk, saya rasa, perlu dicontoh oleh bikers di Indonesia. Tidak hanya kongkow-kongkow atau mengunjungi kerabat sesama penunggang kuda besi semata, sebisa mungkin mengemban misi khusus, menceritakan kembali kepada masyarakat luas bagaimana serunya pengalaman mengunjungi tempat-tempat atau daerah yang belum banyak terjamah oleh bikers lain. Bagaimana keindahan tempat itu, bagaimana sambutan warga setempat, bagaimana taraf hidup mereka, benda-benda purbakala apa saja yang masih tetap mereka gunakan di zaman serba canggih ini, dan masih banyak hal-hal lainnya bisa diceritakan secara gamblang melalui berbagai media. Baik itu di website khusus, social media, ataupun blog gratisan.

Touring semasa muda dulu
Touring Blusukan Ke Daerah Terpencil

Anggota rombongan perjalanan juga tidak perlu banyak-banyak, tiga atau empat orang saja sudah cukup. Berdasarkan pengalaman saya yang pada saat itu keliling Jawa seorang diri, saya bisa merasakan bagaimana menikmati dan menghargai keindahan alam bumi pertiwi serta berbaur dengan masyarakat pedalaman. Bagaimana rasanya makan pisang rebus hasil kebun atau sekedar melihat aktivitas warga di pelosok daerah. Terasa begitu indah dan mengharukan. Inilah INDONESIA! Seperti yang sudah saya katakan tadi, menjadi seorang travel writer masih terbuka luas. Siapa tahu, kalau memang rezeki dan jodohnya, tawaran dari berbagai vendor untuk mempromosikan produk-produk mereka bisa datang dengan sendirinya. Kita bisa melakukan aktivitas yang menyenangkan (hobby) sekaligus menghasilkan uang siapa sih yang tidak mau? Yuk ah.. mulai sekarang kita biasakan menulis dan menceritakan kembali pengalaman kita...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar