Toko Oleh Oleh Sudi Mampir Surabaya |
Ceritanya besok pagi saya ke Bandung, ngga mungkin dong
kalau tidak bawa ‘sesuatu’ ke keluarga besar. Maka dari itu, malam ini saya bersama
kedua orang tua hunting camilan dan oleh-oleh khas Jawa Timur. Bicara soal
oleh-oleh, Toko Sudi Mampir di Jalan Genteng Besar solusinya! Kenapa harus Toko
Sudi Mampir? Soalnya toko itu langganan turun temurun di keluarga saya, hi3hi. Stoknya
lengkap, mulai dari A sampai Z, tempatnya bersih, pelayanannya ramah sampai-sampai
ke mana pun saya pergi selalu dibuntuti salah seorang pegawai (nyindir nih
ceritanya, diikutin melulu, emang saya mau nyolong?).
Stok Lengkap dan Nyaman Berbelanja |
Bandeng Asap Sekilonya Dibanderol 90 Ribu Rupiah |
Setelah ambil ini itu, tunjuk sana sini tanpa beban, sekarang
tiba saatnya totalan. Si mbak toko
dengan cepat dan cekatan menjumlah seluruh barang yang akan saya beli. Kurang
dari 3 menit kemudian, ia menyodorkan secarik kertas berisi jumlah nominal yang
harus dibayar di kasir. Saya terbelalak begitu lihat jumlahnya. Ya sudahlah,
toh buat keluarga sendiri, ngga masalah deh.
Di kasir, seorang kakek keturunan tionghoa terlihat tengah
berbincang-bincang dengan temannya yang asik makan soto kikil sapi (soalnya ada
tukang jualanan makanan itu lagi nangkring di depan toko). “Koh, ngga dapet
potongan?” tanya saya pelan, menyela perbincangan diantara mereka berdua
sembari menyerahkan secarik kertas itu. Tanpa banyak bicara, uang yang saya
berikan sebesar empat ratus lima puluh ribu rupiah, dikembalikannya sebesar tiga
puluh ribu rupiah. “Asiiikkkk.. dapat potongan, Engkoh nya emang baik deh,
mantapppp,” ujar saya dalam hati kegirangan. Inilah enaknya berhubungan dengan
orang keturunan tionghoa, mereka tidak ambil untung banyak, lebih senang menjaga
hubungan baik dengan pelanggan. Tak apalah untung sedikit tapi pelanggan balik
terus ke tempat dagangannya. Salut pokoknya.
Sehabis berbelanja, sekarang giliran urusan perut karena
kami semua belum makan dari siang. Sengaja ngga masak, soalnya tahu kalau nanti
malam kita makan di luar. Kemudian, mobil yang dikemudian papa melaju ke Jalan
Undaan Kulon dan berhenti tepat di sebelah minimarket Alfamidi. Menu kita malam ini, soto ayam.
Dari luar, Warung Soto Ayam Hartono tidak begitu mewah,
biasa saja. Tapi, orang yang makan di sana kebanyakan bawa mobil, cuy! “Wah..
pasti enak nih makanannya,” gumam saya dalam hati dan memesan soto ayam jeroan
(mumpung masih muda #modus). Soto Ayam Hartono rasanya enak, berasa bumbunya
dan tidak bikin eneg (mual). Isinya
juga banyak, sepadan lah dengan harga yang dipatok.
Selesai urusan perut, waktunya kita pulang. Begitu sampai
rumah, saya bergegas bersih-bersih badan kemudian mengambil laptop dari dalam
kamar, bikin kopi, siapin rokok, mulai menulis, jadilah artikel satu
ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar