Minggu, 24 November 2013

PARANOID SABTU MALAM, ENYAHLAH



“Hari apa sekarang? Sabtu. Eh.. Sabtu ya? Oh.. iya, sih udah ngga di sana lagi.”

Kamis (21/11) kemarin, saya resmi resign dari salah satu media surat kabar di Bali. Selama kurang lebih 3 bulan saya bekerja di sana, banyak hal yang saya pelajari baik itu ilmu jurnalistik, teknik menyusun tulisan, berhadapan dengan orang banyak, mengorek informasi dari orang yang belum saya kenal sebelumnya, naik mobil mewah, makan makanan serba mahal saat menemani narasumber atau event besar sekelas APEC (Oktober), bertemu dengan Bapak Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono ketika liputan peresmian jalan tol “Bali Mandara” dan masih banyak hal lainnya yang ngga mungkin saya sebutkan satu persatu. Bagi saya, dunia jurnalistik adalah dunia yang dinamis penuh kejutan dan tidak akan pernah sama dengan hari-hari sebelumnya. Sobat belum pernah merasakan hormon adrenalin seumur hidup? Cobalah terjun ke dunia jurnalistik!
 Nah, sekarang pertanyaannya, kalau seru seperti itu kenapa resign? Pertanyaan bagus, itu. Nanti saya pasti bakal menulis artikel tersendiri tentang itu, tunggu saja tanggal mainnya.

Sekarang balik lagi ke judul, “Paranoid Sabtu Malam Enyahlah Engkau”. Meski beberapa hari yang lalu saya resmi resign, tidak demikian dengan alam bawah sadar yang sampai sekarang ini masih mempengaruhi tingkah laku saya setiap hari jumat dan sabtu, selalu gelisah tegang dan mudah panik! Lho kok bisa begitu? Iya, soalnya jumat dan sabtu adalah hari di mana semua bahan artikel wajib setor pimpinan untuk segera di-layout kemudian langsung dicetak minggu dini harinya.

Begitu hari sabtu datang, paling tidak saya membeli 2 pak rokok sekaligus dan minimal menghabiskan 8 gelas berisi kopi hitam pahit kental sebagai persenjataan menghadapi deadline. Gelas lho ya, bukan cangkir.

Begitu pimpinan memberi instruksi “Headline kita sekarang, ini” jebret, semua staff harus SIAP terima tugas, kerja cepat efektif dan efesien. Si ini lari ke sana, si itu lari ke mana, si dia ngerjakan ini, si anu ngerjain itu, pokoknya sibuk semua lah.

Saya sendiri punya pengalaman pahit menjelang deadline, ketika menulis artikel profile seorang narasumber yang siang tadi saya wawancarai, di tengah proses menulis itu, saya mandeg. Lamaaa... banget. Otak berasa keram kaku ngga bisa diajak berpikir. Rokok dan kopi tidak berhasil mencairkan kepala untuk mengolah kata-kata. Ya, saya terkena penyakit yang sering diderita penulis kebanyakan, WRITERS BLOCK. Gara-gara penyakit itu, saya membuat seluruh staff pulang pagi, sekitar jam 03’an. Meski tidak ada aturan tertulis, tapi memang seperti itu, tidak ada satupun staff yang boleh pulang jika koran belum layak cetak, titik.

Berawal dari sanalah setiap hari jumat dan sabtu saya selalu gelisah tegang dan mudah panik, tapi karena sekarang sudah tidak lagi di sana, jadinya ngga perlu lagi PARANOID SABTU MALAM. Horeeee....

Tidak ada komentar :

Posting Komentar