Tujuan Sobat Menulis Untuk Apa Sih? (ilustrasi google) |
Sobat lagi asik menulis?
Saya juga sedang asik menulis, apalagi beberapa hari belakangan, parah banget.
Setiap hari di depan laptop melulu, jari jemari saya terus menari mengisi halaman
warna putih di microsoft word 2003 (Bener 2003 ya?) pagi siang malam. Ada yang
bilang, orang menulis itu kasihan karena di dunia nyata, suaranya ngga terlalu
didengar (penulis itu kasihan ya?). Ada yang bilang, orang menulis itu kurang
kerjaan, banyak waktu luang, aktivitas ngga berguna dan lain sebagainya. Bisakah
dikatakan bahwa profesi seorang penulis di Indonesia itu masih dipandang
masyarakat luas sebagai profesi ecek-ecek,
dipandang sebelah mata? Bisa iya dan bisa pula tidak. Dikatakan iya, karena
jerih payahnya tak juga kunjung berhasil, dikatakan tidak, karena hasil
karyanya laku keras di pasaran memenuhi salah satu rak berbagai gerai toko buku
kenamaan seperti Gramedia ataupun Togamas dan mendatangkan profit yang fantastis!
Lihat saja penulis buku ayat-ayat cinta,
laskar pelangi, kambing jantan dan masih banyak lagi.
Terlepas dari itu semua,
seringkali, seorang penulis ditanya “Apa tujuan kamu menulis?”
Pernah ditanya seperti itu? Apa ekspresi dan jawaban yang sobat berikan kepada
si penanya? Bingung mau jawab apa dengan gerakan garuk-garuk kepala padahal
kepala ngga kerasa gatal dan gerakan mata ke sana ke mari? Saya sendiri lupa,
apa ekspresi saya waktu itu, yang pasti saya garuk-garuk kepala bagian belakang
karena biasanya kalau saya bingung selalu melakukan gerakan itu. Kenapa sih
suka menulis? Apa motivasi yang mendorong seseorang untuk menulis?
Seiring waktu berjalan,
saya telah menemukan satu jawaban pasti, yakni: saya termotivasi menulis untuk
meninggalkan rekam jejak selama saya hidup di dunia ini. Mumpung
belum dipanggil ke ‘dunia lain’. Semacam meninggalkan sebuah peti harta karun untuk istri dan
anak-anak saya. Tidak menutup kemungkinan (selama mbah google tidak tutup,
jangan sampai lah) tulisan saya dibaca sampai generasi ke generasi turun
temurun. Oh.. dulunya kakek saya masa mudanya seperti itu toh, oh.. dulunya
kakek buyut bernama darwinarya kelakuannya seperti itu, dst. Seru sekali bukan?
Saya sangat sangat
setuju kepada orang yang berkata, “menulis
itu bisa bikin awet muda.” Maksudnya bukan tampangnya yang awet muda,
tapi rekam jejaknya akan abadi sepanjang masa. Siapa tau, tulisan kita dibaca
orang terkenal? Siapa tau tulisan kita bisa menginspirasi banyak orang dan
orang itu semakin termotivasi menjalani hidupnya? Tidak ada yang tahu. Hidup
ini penuh dengan misteri. Andaikan tokoh seperti King Of Pop, Michael Jackson rajin
menulis apapun yang ada sedang dihadapinya entah itu senang ataupun sedih,
pastinya menjadi secuil kenangan terindah bagi para penggemarnya. Andaikan Jhon
Lennon gemar menulis, paling tidak sampai sekarang penduduk dunia mengetahui
apa yang sedang dirasakan oleh sang idola pada saat itu (waktu itu blom ada
blog pastinya, ya? Bagaimana kalau secarik kertas? Ngga jadi masalahkan?).
Aktivitas menulis memang
suka diremehkan banyak orang, mereka menganggap hal yang tidak penting lah,
buang-buang waktu lah dan masih banyak hujatan lainnya. Tapi sebenarnya, banyak
manfaat yang bisa LANGSUNG dirasakan bagi si penulis itu sendiri. Berbagi buah
pemikiran, solusi, kritikan, sharing perasaan
(ada yang diputus pasangannya, mungkin?) dan lain-lain.
Bayangkan saat memasuki
masa tua sobat, kemudian sang cucu bertanya “Kakek/Nenek.. waktu muda dulu itu
seperti apa sih?” Ngga perlu bingung atau susah menjelaskan, bilang saja
begini, “Coba buka halaman website alamatnya di sini. Di sana banyak artikel
yang kakek/nenek buat, lengkap dengan foto-fotonya zaman dulu.” Sedappppp...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar