Sebagai pecinta
sekaligus peminum kopi kelas berat, tampilnya iklan Kopi Ayam Merak
dibeberapa stasiun televisi swasta belakangan ini, sukses membuat saya
penasaran. “Kayaknya mantap nih kopi,” celetuk saya dalam hati sembari menyaksikan
testimoni dari salah seorang staff kepresidenan yang telah bertugas puluhan
tahun itu.
Namun sayangnya, rasa
penasaran itu tak cepat terpuaskan karena sulit mendapatkan satu bungkus
kemasan kopi ayam merak. Rasa penasaran itu pun kian menjadi-jadi. Di kota
Denpasar sendiri, beberapa bulan yang lalu, saya sampai ‘ubek-ubek’ ke beberapa toko dekat kost dan jawaban si pedagang
tetap sama, “Sing ada bli (Ngga ada,
Mas. Bahasa Bali)” Saya sendiri kurang tau, apakah letak pendistribusiannya yang
masih terbatas atau memang dibuat langka
stoknya (trik politik marketing) agar konsumen seperti saya, sekalinya ketemu
langsung beli banyak.
Shubuh kemarin (3/12), sebelum pulang, saya teringat
stok kopi di rumah sudah habis. Mampirlah saya ke salah satu gerai Indomart Ujung Berung, Bandung. Ketika menyatroni
rak display itu, betapa sumringahnya saya melihat beberapa kemasan Kopi Ayam
Merak tertata rapih. Tanpa pikir panjang, langsung saya sambar (beli 1 kemasan
aja, kasian yang lain ngga kebagian) dan membayarnya di kasir.
Kopi Ayam Merak |
Kopi Ayam Merak, menurut
saya, memiliki tekstur rasa kopi tersendiri dan khas. Tidak seperti produk kopi
yang banyak di jual di pasaran. Kayaknya
perjalanan Kopi Kapal Api warisan turun temurun keluarga Papa yang telah berpuluh-puluh
tahun menemani, paling tidak selama dua generasi bakal terhenti sampai di sini.
(lebih mantap lagi, silahkan berkunjung ke artikel saya sebelumnya yang
berjudul Testimoni Ayam Merak VS Kapal Api)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar