Kamis(5/12) Oke.. kali ini saya takut dan kapok jalan sendiri malam-malam di Kota
Bandung! Hampir 2 jam, saya putar-putar alias kesasar. Padahal tiga atau empat
tahunan yang lalu, Bandung tidak seperti sekarang ini. Di daerah stasiun saja,
saya sampai berputar 4 kali melewati jalan yang sama.
Ceritanya bermula ketika
saya kelaparan ingin beli makan di luar. Sempat bingung juga, malam ini mau
makan apa? Teringat bubur ayam langganan di Jalan Pajajaran, berangkat lah saya
ke sana. Rute yang saya tempuh Ujung Berung, Cicaheum, Gasibu, Pasopati, belok
kiri, belok kanan, ... bingung ... antara ke kanan atau ke kiri, saya ambil ke
kanan, ... bingung ..., selanjutnya? Nge-Blank! Seperti yang saya katakan
sebelumnya, saya sampai 4 kali melewati jalan yang sama.
Sukses melewati depan
stasiun kereta api Bandung, belok kanan ketemu Jalan Pasirkaliki, belok kiri
masuk ke Jalan Pajajaran. “Lho.. mana buburnya? Kok hotel? Kok Yogya?” batin
saya dalam hati sembari mlipir-mlipir
pelan jalur paling kiri. Entah buburnya sudah tutup atau pindah, saya ngga tau.
Yang pasti, saya gagal makan bubur di sana. Inisiatif ke dua, makan penyetan
lalapan saja lah di depan Gazibu dekat Gedung Telkomsel.
Sampainya di sana, entah
kenapa, selera makan hilang. Dulu, di ujung monumen sono, masih bisa tembus
atau berputar. Sekarang? Sudah di pugar. Bagus sih, mungkin tujuan pemugaran untuk
menghalau anak-anak muda balap liar. Inisiatif ke tiga, makan baso tahu aja deh
kalau gitu.
Saya punya langganan
baso tahu dekat Gedung Sate. Awalnya sih ngga nyasar. Begitu lewat Jalan
Cisangkuy yang terkenal dengan yoghurtnya itu (ngga tau masih ada apa ngga),
barulah saya kesasar gak karuan. Hampir satu jam, Bro! Apa masalahnya? Selain
minimnya lampu penerangan hingga gelap gulita, papan nama jalan juga tak
terlihat pada waktu itu. Masuk kanan, keluar kiri, lurus, belok, persimpangan,
aduh ini di mana ya? Baru kali ini saya tersesat di rumah sendiri (tepok jidat).
Tidak hanya itu, entah
kenapa, perjalanan malam hari ini penuh cobaan. Yang mau nabrak pantat mobil
ambulance karena nge-rem agak keras, yang mau nyenggol pengendara sepeda motor
lah karena tiba-tiba ‘mencungul’ dari
sisi kiri, yang mau nabrak rombong jualan pas si kakek nyebrang jalan, yang mau
nyerempet beton separator warna merah muda lah, bah.. telat refleks dua detik
saja, laka lah saya. Naudzubillah...
Saya berangkat dari rumah dalam keadaan lapar sampai bisa kenyang di jalan.
Inisiatif terakhir karena terpaksa, mau bagaimana lagi?
Lucunya, saya memutuskan
beli makanan dekat rumah. Kalau jalan kaki, paling ngga sampai 10 menit! “Pak,
nasi gorengnya satu” beberapa saat kemudian, “Nasi gorengnya berapa pak?”, si
penjual menjawab “SEMBILAN RIBU, `A”. DHUAAARR... Lengkaplah sudah perjalanan
malam itu!
Tidak ada komentar :
Posting Komentar