Selasa, 05 Agustus 2014

MIE RAMEN RASANYA SEPERTI INI TOH

Sudah lama saya dan kekasih kepengen makan mie ramen. Ada kali, setahunan lebih. Kalau tidak salah ingat, kami berdua -pada saat itu- sampai buat kesepakatan bersama, yakni begitu ada rezeki 'lebih' langsung tancap ke restoran Jepang. Kenyataannya? Rezeki lebih itu selalu habis terpakai beli ini dan itu.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba! Ibu 'J', rekan kerja dari kekasih saya mengajak kami berdua untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke-57 di kedai Tokyo Ramen Jln. Danau Buyan, Sanur, Selasa (15/7) malam. Kebetulan Ibu 'J' kenal baik dengan sang pemilik kedai, yaitu Gonta-san -Itu lah mengapa ia memilih tempat ini-. Dan siapa sangka? Mimpi kami berdua akhirnya jadi kenyataan. Tanpa harus keluar uang pribadi, pula. #eh.
Papan Signboard Warung Mie Jepang Tokyo Ramen (dokumen istimewa)



Tak sulit menemukan kedai ini karena posisinya berada persis di pinggir jalan utama atau berdekatan dengan Indi Hotel. Kalau dari McD Sanur, lurus saja sekitar 100 meter setelah Indi Hotel, kiri jalan. Nanti ada papan signboard bertuliskan “Warung Mie Jepang Tokyo Ramen 2”. Bangunannya berwarna kuning muda dan di sekeliling bawah atapnya banyak dihiasi lampu lampion berwarna merah. Kedai yang kami datangi ini adalah cabang yang kedua, cabang pertama ada di depan Hardys Mall Jln. Danau Tamblingan, Sanur.

Warung Mie Jepang Tokyo Ramen 2 Di Siang Hari

Suasana di dalam kedai cukup nyaman. Pengunjung bebas memilih tempat duduk mau di meja kayu atau sofa. Saya sangat suka dengan meja kayunya yang berwarna cokelat muda agak keputih-putihan. Memberi efek seperti habis di amplas. Di sana juga banyak hiasan ala negeri sakura. Ada pula dua buah televisi layar datar berukuran besar dan sedang yang tengah menayangkan program acara berbahasa Jepang tanpa teks terjemahan Inggris apalagi bahasa Indonesia. Saya hanya bisa manggut-manggut saat menyaksikannya tanpa mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

Tampilan Menu

Tampilan Menu
Setelah kami duduk, seorang waiter muda menghampiri meja kami dan memberikan daftar menu. Karena ini pengalaman pertama saya makan di kedai Jepang, sudah barang tentu saya bingung mau pesan mie ramen yang mana. Biar gampang dan tidak buang waktu, saya langsung bertanya ke waiter, menu ramen mana yang paling banyak di pesan pengunjung. Si waiter kemudian menyarankan kami memesan “Shoyu Ramen”. Saya lihat harganya Rp. 48.000,-/porsi. Mahal juga untuk ukuran mie. Saya pun menyetujui menu yang ditawarkannya.

Ini Dia Shoyu Ramen-nya
Kurang dari lima belas menit kemudian, mie ramen pesanan kami tiba. Saya sempat tertegun begitu lihat porsinya. Diameter mengkuknya saja sebesar lingkar kepala saya. Belum lagi isinya yang hampir penuh. Wah, orang Jepang kalau makan mie, porsinya jumbo juga ya? Batin saya.

Kekasih Saya Siap Menyantap Mie Ramen
Di samping mangkuk, disediakan juga sebuah centong yang biasa dipakai untuk mengaduk sayur sop. Trus, nyeruput kuahnya pakai centong, gitu? Kereeenn ... Mungkin, kalau ada makanan berkuah lain yang porsinya lebih banyak, bisa jadi nanti di kasih gayung buat ngaduk kuahnya. Ngga kok, saya cuma bercanda.

Tampilan Shoyu Ramen Dari Dekat. Isinya Full 'Gak Setengah-Setengah
Oke, sekarang mari kita lihat isi di dalam mangkuk ini. Dengan menggunakan sumpit, saya lihat di dalamnya terdapat irisan daun bawang, potongan sawi, selembar rumput laut sangat tipis berbentuk persegi panjang kurang lebih 10 cm x 15 cm, telur satu buah yang dibelah menjadi dua, irisan ayam berbentuk bulat kurang lebih diameternya 5 cm dan terakhir jamur chitake yang diiris. Sedangkan kuahnya sendiri, sedikit berminyak dan dibubuhi black pepper.

Ukuran mienya sebesar mie pangsit. Baik tekstur dan rasanya lain daripada mie kebanyakan. Sepertinya Gonta-san memproduksi sendiri mienya atau bisa juga impor langsung dari Jepang. Kuahnya terasa aneh, tapi enak dan gurih di lidah saya. Maklum lah, namanya juga baru pertama ini makan mie ramen.

Bagaimana Cara Rebus Telur Hingga Bisa Mendapatkan Tingkat Kematangan Seperti Ini?
Yang menarik perhatian saya justru dari irisan ayam yang bulat setebal kurang lebih 1.5 cm dan telurnya. Bagian ayam sebelah mananya yang di ambil sampai bisa bundar seperti itu? Dan telurnya, bagian kuning dalamnya tampak setengah matang, namun bagian kuning luar matang sempurna. Sepintas warna kuning telurnya seperti telur asin yang masir.

Hampir setengah jam lamanya saya menghabiskan semangkuk mie ramen. Itu pun megap-megap karena kekenyangan. Saya membayangkan cewek Jepang yang bertubuh mungil kok bisa-bisanya menandaskan semangkuk mie berukuran jumbo.

Kekasih saya kemudian memesan minuman teh Jepang. Ocha-ocha gitu deh namanya. Tehnya berwarna kuning muda dan terasa sedikit pahit, tapi gak seberapa pahit juga sih.

Semangkuk Shoyu Ramen Tandas!
Dengan tandasnya dua mangkuk mie ramen dan segelas teh Jepang, berakhir pula wisata kuliner kami pada malam hari itu. Perut kami terisi penuh sekaligus kekenyangan. Gonta-san yang tidak begitu menguasai bahasa Inggris, berterima kasih atas kunjungan kami dengan sedikit membungkukkan badannya sambil berujar “Arigattoooo”. Saya pun refleks membalasnya dengan gaya yang sama dan bahasa yang sama ditambahi kata-kata “Thank you” di belakangnya.

Keesokan harinya, kami sudah kepengen lagi makan mie ramen. Wah, ternyata mie ramen enak juga, bikin nagih. Tapi harganya itu lho, buat orang pikir dua kali. Nanti saja lah. Mungkin ada yang berniat traktir kami berdua?

3 komentar :