Sudah
lama saya dan kekasih kepengen
makan mie ramen. Ada kali,
setahunan lebih. Kalau tidak salah ingat, kami berdua -pada saat
itu- sampai buat kesepakatan bersama, yakni begitu ada rezeki 'lebih'
langsung tancap ke restoran Jepang. Kenyataannya? Rezeki lebih itu
selalu habis terpakai beli ini dan itu.
Pucuk dicinta, ulam pun
tiba! Ibu 'J', rekan kerja dari kekasih saya mengajak kami berdua
untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke-57 di kedai Tokyo Ramen
Jln. Danau Buyan, Sanur, Selasa (15/7) malam. Kebetulan Ibu 'J' kenal
baik dengan sang pemilik kedai, yaitu Gonta-san -Itu lah mengapa ia
memilih tempat ini-. Dan siapa sangka? Mimpi kami berdua akhirnya
jadi kenyataan. Tanpa harus keluar uang pribadi, pula. #eh.
.jpg) |
Papan Signboard Warung Mie Jepang Tokyo Ramen (dokumen istimewa) |
Tak sulit
menemukan kedai ini karena posisinya berada persis di pinggir jalan
utama atau berdekatan dengan Indi Hotel. Kalau dari McD Sanur, lurus
saja sekitar 100 meter setelah Indi Hotel, kiri jalan. Nanti ada
papan signboard
bertuliskan “Warung Mie Jepang Tokyo Ramen 2”. Bangunannya
berwarna kuning muda dan di sekeliling bawah atapnya banyak dihiasi
lampu lampion berwarna merah. Kedai yang kami datangi ini adalah
cabang yang kedua, cabang pertama ada di depan Hardys Mall Jln. Danau
Tamblingan, Sanur.
 |
Warung Mie Jepang Tokyo Ramen 2 Di Siang Hari |
Suasana di dalam kedai
cukup nyaman. Pengunjung bebas memilih tempat duduk mau di meja kayu
atau sofa. Saya sangat suka dengan meja kayunya yang berwarna cokelat
muda agak keputih-putihan. Memberi efek seperti habis di amplas. Di
sana juga banyak hiasan ala negeri sakura. Ada pula dua buah televisi
layar datar berukuran besar dan sedang yang tengah menayangkan
program acara berbahasa Jepang tanpa teks terjemahan Inggris apalagi
bahasa Indonesia. Saya hanya bisa manggut-manggut saat menyaksikannya
tanpa mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
.jpg) |
Tampilan Menu |
.jpg) |
Tampilan Menu |
Setelah
kami duduk, seorang waiter
muda menghampiri meja kami dan memberikan daftar menu. Karena ini
pengalaman pertama saya makan di kedai Jepang, sudah barang tentu
saya bingung mau pesan mie ramen yang mana. Biar gampang dan tidak
buang waktu, saya langsung bertanya ke waiter,
menu ramen mana yang paling banyak di pesan pengunjung. Si waiter
kemudian menyarankan kami memesan “Shoyu
Ramen”.
Saya lihat harganya Rp. 48.000,-/porsi. Mahal juga untuk ukuran mie.
Saya pun menyetujui menu yang ditawarkannya.
.jpg) |
Ini Dia Shoyu Ramen-nya |
Kurang dari lima belas
menit kemudian, mie ramen pesanan kami tiba. Saya sempat tertegun
begitu lihat porsinya. Diameter mengkuknya saja sebesar lingkar
kepala saya. Belum lagi isinya yang hampir penuh. Wah, orang Jepang
kalau makan mie, porsinya jumbo juga ya? Batin saya.
.jpg) |
Kekasih Saya Siap Menyantap Mie Ramen |
Di samping mangkuk,
disediakan juga sebuah centong yang biasa dipakai untuk mengaduk
sayur sop. Trus, nyeruput kuahnya pakai centong, gitu? Kereeenn ...
Mungkin, kalau ada makanan berkuah lain yang porsinya lebih banyak,
bisa jadi nanti di kasih gayung buat ngaduk kuahnya. Ngga kok,
saya cuma bercanda.
.jpg) |
Tampilan Shoyu Ramen Dari Dekat. Isinya Full 'Gak Setengah-Setengah |
Oke,
sekarang mari kita lihat isi di dalam mangkuk ini. Dengan menggunakan
sumpit, saya lihat di dalamnya terdapat irisan daun bawang, potongan
sawi, selembar rumput laut sangat tipis berbentuk persegi panjang
kurang lebih 10 cm x 15 cm, telur satu buah yang dibelah menjadi dua,
irisan ayam berbentuk bulat kurang lebih diameternya 5 cm dan
terakhir jamur chitake yang diiris. Sedangkan kuahnya sendiri,
sedikit berminyak dan dibubuhi black
pepper.
Ukuran
mienya sebesar mie pangsit. Baik tekstur dan rasanya lain daripada
mie kebanyakan. Sepertinya Gonta-san memproduksi sendiri mienya atau
bisa juga impor langsung dari Jepang. Kuahnya terasa aneh, tapi enak
dan gurih di lidah saya. Maklum lah, namanya juga baru pertama ini
makan mie ramen.
.jpg) |
Bagaimana Cara Rebus Telur Hingga Bisa Mendapatkan Tingkat Kematangan Seperti Ini? |
Yang menarik perhatian
saya justru dari irisan ayam yang bulat setebal kurang lebih 1.5 cm
dan telurnya. Bagian ayam sebelah mananya yang di ambil sampai bisa
bundar seperti itu? Dan telurnya, bagian kuning dalamnya tampak
setengah matang, namun bagian kuning luar matang sempurna. Sepintas
warna kuning telurnya seperti telur asin yang masir.
Hampir setengah jam
lamanya saya menghabiskan semangkuk mie ramen. Itu pun megap-megap
karena kekenyangan. Saya membayangkan cewek Jepang yang bertubuh
mungil kok bisa-bisanya menandaskan semangkuk mie berukuran jumbo.
Kekasih
saya kemudian memesan minuman teh Jepang. Ocha-ocha gitu
deh
namanya. Tehnya berwarna kuning muda dan terasa sedikit pahit, tapi
gak
seberapa pahit juga sih.
.jpg) |
Semangkuk Shoyu Ramen Tandas! |
Dengan tandasnya dua
mangkuk mie ramen dan segelas teh Jepang, berakhir pula wisata
kuliner kami pada malam hari itu. Perut kami terisi penuh sekaligus
kekenyangan. Gonta-san yang tidak begitu menguasai bahasa Inggris,
berterima kasih atas kunjungan kami dengan sedikit membungkukkan
badannya sambil berujar “Arigattoooo”. Saya pun refleks
membalasnya dengan gaya yang sama dan bahasa yang sama ditambahi
kata-kata “Thank you” di belakangnya.
Keesokan
harinya, kami sudah kepengen
lagi makan mie ramen. Wah, ternyata mie ramen enak juga, bikin nagih.
Tapi harganya itu lho,
buat orang pikir dua kali. Nanti saja lah. Mungkin ada yang berniat
traktir kami berdua?
Related Posts : kuliner
terimakasih atas infonya gan
BalasHapussama-sama :)
Hapussaya pun ketagihan dengan rasa mie ramen...hhe
BalasHapus