Sebelumnya, karena kepepet biaya transportasi, akhirnya
kami (Saya dan Ruth, kekasih saya) memutuskan pulang melayat ke Surabaya dengan
menggunakan sepeda motor. Ide gila menurut saya karena kendaraan yang saya
pakai Honda Beat. Motor matic tersebut tidak dirancang untuk berpergian
keluar kota, melainkan menempuh jarak dekat. Masalah lain pun muncul. Saya
tidak punya perlengkapan berkendara sama sekali. Yang saya butuhkan adalah helm
yang mumpuni, jaket tebal untuk menghalau terpaan angin jahat dan lain
sebagainya.
Setelah kami sepakat pulang siang itu juga, Rabu (17/9),
kami langsung mengurus izin dadakan di kantor masing-masing. Saya sih cukup SMS
doang, Ruth ini yang agak ribet. Dia harus serah terima pekerjaan di kantornya.
Alhamdulillah urusan jaket sudah clear. Bu Laura berbaik
hati meminjamkan jaket warna cokelatnya kepada kami. Ketika saya pegang,
bobotnya sih berasa mantap. Stylenya pun modis. Bisa lah menghalau terpaan
angin di sepanjang perjalanan. Tapi kayaknya jaket mahal nih, gumam saya.
Begitu saya lihat mereknya, tertulis Esprit. Oalah ... pantas saja!
(Belakangan saya dikasih tahu Bu Laura, harga jaketnya Rp.1.5 jutaan lebih.
Uedaannn!!)
Sekitar pk.10.00 Wita, saya di SMS Ruth minta dijemput di
kantornya.
“Sayang, kita mau beli helm di mana?” tanya saya.
“Ummm ... gimana kalau Hardys Sanur aja?”
“Kenapa di Hardys? Kalau di pinggir jalan aja gimana?”
“Ngga ah, mahal. Kalau di Hardys kan lebih murah”
“Masa?”
“Ya kalau di Hardys mahal, kita ke pinggir jalan aja”
“Bolak balik dong?” gerutu saya. “Ya sudah, kita ke
Hardys aja”
Ruth maunya beli helm Kymco. Dia ingin beli sepasang biar
terlihat couple. Saya kurang setuju dengan pilihannya karena helm itu
masih terasa kurang mantap di kepala. Bahannya juga terlalu tipis.
“Ya sudah, terserah lejek aja kalau begitu” katanya saat
kami memilih helm. Akhirnya dia menyerah. Dia tahu, saya paling mengerti
kondisi di jalan itu seperti apa.
“Sayang, gimana kalau yang ini?” saya sodorkan helm
berwarna hitam. Harganya sekitar Rp.150 ribuan.
“Iya, ini juga boleh. Tapi lejek aja ya yang pakai. Kan
aku duduk di belakang jadi ngga begitu kena angin” ujarnya.
“Lha terus? Udah, kita beli dua aja yang kayak gini”
“Ngga mau ah, pusing. Keberatan helmnya. Belum apa-apa
akunya udah pusing duluan”
Memang sih, tidak semua orang cocok pakai helm berat.
Karena ini adalah perjalanan jauh yang memakan waktu berjam-jam, kalau saya
paksakan juga, takutnya dia malah sakit di tengah perjalanan. Ya sudah,
akhirnya kami hanya beli satu helm saja.
Oke, selesai juga perlengkapan berkendara yang saya butuhkan. Saya putuskan tidak beli sarung tangan, karena tidak begitu diperlukan. Begitu juga dengan masker, ballack lava (penutup muka) dan rompi.
![]() |
Ini helm yang saya beli :) |
Oke, selesai juga perlengkapan berkendara yang saya butuhkan. Saya putuskan tidak beli sarung tangan, karena tidak begitu diperlukan. Begitu juga dengan masker, ballack lava (penutup muka) dan rompi.
Sekarang tinggal packing lantas makan siang, lalu
berangkat ... surabaya, here we come!
Tidak ada komentar :
Posting Komentar