Rabu, 22 Oktober 2014

HUNTING HELM

Sebelumnya, karena kepepet biaya transportasi, akhirnya kami (Saya dan Ruth, kekasih saya) memutuskan pulang melayat ke Surabaya dengan menggunakan sepeda motor. Ide gila menurut saya karena kendaraan yang saya pakai Honda Beat. Motor matic tersebut tidak dirancang untuk berpergian keluar kota, melainkan menempuh jarak dekat. Masalah lain pun muncul. Saya tidak punya perlengkapan berkendara sama sekali. Yang saya butuhkan adalah helm yang mumpuni, jaket tebal untuk menghalau terpaan angin jahat dan lain sebagainya.


Setelah kami sepakat pulang siang itu juga, Rabu (17/9), kami langsung mengurus izin dadakan di kantor masing-masing. Saya sih cukup SMS doang, Ruth ini yang agak ribet. Dia harus serah terima pekerjaan di kantornya.

Alhamdulillah urusan jaket sudah clear. Bu Laura berbaik hati meminjamkan jaket warna cokelatnya kepada kami. Ketika saya pegang, bobotnya sih berasa mantap. Stylenya pun modis. Bisa lah menghalau terpaan angin di sepanjang perjalanan. Tapi kayaknya jaket mahal nih, gumam saya. Begitu saya lihat mereknya, tertulis Esprit. Oalah ... pantas saja! (Belakangan saya dikasih tahu Bu Laura, harga jaketnya Rp.1.5 jutaan lebih. Uedaannn!!)

Sekitar pk.10.00 Wita, saya di SMS Ruth minta dijemput di kantornya.

“Sayang, kita mau beli helm di mana?” tanya saya.

“Ummm ... gimana kalau Hardys Sanur aja?”

“Kenapa di Hardys? Kalau di pinggir jalan aja gimana?”

“Ngga ah, mahal. Kalau di Hardys kan lebih murah”

“Masa?”

“Ya kalau di Hardys mahal, kita ke pinggir jalan aja”

“Bolak balik dong?” gerutu saya. “Ya sudah, kita ke Hardys aja”

Ruth maunya beli helm Kymco. Dia ingin beli sepasang biar terlihat couple. Saya kurang setuju dengan pilihannya karena helm itu masih terasa kurang mantap di kepala. Bahannya juga terlalu tipis.

“Ya sudah, terserah lejek aja kalau begitu” katanya saat kami memilih helm. Akhirnya dia menyerah. Dia tahu, saya paling mengerti kondisi di jalan itu seperti apa.

“Sayang, gimana kalau yang ini?” saya sodorkan helm berwarna hitam. Harganya sekitar Rp.150 ribuan.

“Iya, ini juga boleh. Tapi lejek aja ya yang pakai. Kan aku duduk di belakang jadi ngga begitu kena angin” ujarnya.

“Lha terus? Udah, kita beli dua aja yang kayak gini”

“Ngga mau ah, pusing. Keberatan helmnya. Belum apa-apa akunya udah pusing duluan”

Memang sih, tidak semua orang cocok pakai helm berat. Karena ini adalah perjalanan jauh yang memakan waktu berjam-jam, kalau saya paksakan juga, takutnya dia malah sakit di tengah perjalanan. Ya sudah, akhirnya kami hanya beli satu helm saja.


Ini helm yang saya beli :)

Oke, selesai juga perlengkapan berkendara yang saya butuhkan. Saya putuskan tidak beli sarung tangan, karena tidak begitu diperlukan. Begitu juga dengan masker, ballack lava (penutup muka) dan rompi.


Sekarang tinggal packing lantas makan siang, lalu berangkat ... surabaya, here we come!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar