Minggu, 02 November 2014

LETS HIT THE ROAD! PERJALANAN SANUR - GILIMANUK

Persoalan jaket dan helm beres, sekarang giliran packing. Kami sepakat tidak akan bawa pakaian banyak khawatir makan tempat. Terlebih mengganggu kenyamanan serta keleluasaan saya berkendara. Maka dari itu, kami hanya bawa beberapa setel pakaian untuk dua atau tiga hari serta peralatan mandi seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi dan lain sebagainya. Kurang dari satu jam tas ransel milik kekasih saya terisi penuh.

Seusai packing, kini urusan perut pengendaranya. Tempat makan Bakso Herman Jln. Tukad Barito Timur jadi pilihan kami bersantap siang. Saya makan rawon sedangkan dia pesan seporsi bakso lengkap dengan nasi putih dan es jeruk manis. Selesai makan, Ruth meminta saya mampir sebentar ke toko oleh-oleh Pie Susu khas Bali di Jln. Tukad Balian, Sanur. Katanya sungkan jika pulang tanpa membawa sesuatu meski itu sekedar makanan ringan.


Semuanya sudah siap? Tidak ada yang ketinggalan? Oke, saatnya berangkat ngaspal! Kami start dari Sanur sekitar pk. 13.00 Wita. Cuaca siang itu terasa terik menyengat namun kondisi arus lalu lintas terpantau cukup lancar. Walaupun sempat beberapa kali tersendat karena traffic light persimpangan jalan. Dalam perjalanan ini, saya mematok kecepatan laju kendaraan pada angka 60 km/jam, konstan. Boleh lebih, tapi hanya beberapa detik saja karena saya takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (sebetulnya saya takut mesinnya rontok atau jebol :p) di tengah jalan.

Sebelum berkendara lebih jauh, saya ajak kekasih saya berdoa bersama di dalam hati agar diberikan kemudahan serta keselamatan selama perjalanan hingga kembali lagi ke rumah kontrakkan Sanur tanpa adanya kekurangan sedikit pun. Amin Amin Amin Ya Rabbal'Alamin.

Ketika melintasi Jln. Gatot Subroto Timur, saya sempat arahkan kaca spion kiri ke muka kekasih saya. Dari pantulan kaca, saya bisa lihat wajahnya sumringah. Wajar jika ia begitu antusias, ini kali pertamanya melangsungkan perjalanan jauh lintas pulau naik sepeda motor. Biasanya kalau pulang, dia selalu naik mobil Travel rute Bali-Surabaya PP. Antara naik mobil dengan motor pasti beda lah rasanya. Menurut saya, naik motor itu pengalaman adventure-nya lebih dapat ketimbang mobil. Sampai-sampai kalangan bikers bilang, “Four Wheels Move Your Body, Two Wheels Move Your Soul”. Sama dengan dia, saya juga merasakan hal yang sama (antusias), mengingat sudah empat tahun saya pensiun 'main motoran' alias touring. Selama itu pula saya tidak pernah berpergian jauh kecuali ke daerah Bedugul atau Kintamani. Inilah saatnya bagi saya untuk mengasah kembali ketahanan fisik sekaligus mental berkendara jarak jauh. Mengenyahkan karat di dalam tubuh yang telah mengendap sekian tahun. Puas melihat wajah kekasih saya, kaca spion itu saya kembalikan lagi ke posisi semula.

Suasana Pedesaan Yang Menyejukkan Selepas Tabanan

Perlahan namun pasti, kami mulai meninggalkan kabupaten Tabanan. Suasana riuh aktivitas perkotaan mulai berganti suasana pedesaan. Lajur jalan mulai berliku, naik dan turun. Hembusan angin terasa sejuk menyentuh kulit. Berulang kali saya tarik napas dalam, menahannya sepersekian detik lantas menghembuskannya perlahan, menikmati tiap aliran udara bersih mengisi rongga paru-paru hingga penuh. Rasanya sungguh nikmat tiada tara. Dahan pepohonan yang menjulang tinggi seakan memayungi perjalanan kami dari sengatan sinar mentari. Sejauh mata memandang, tampak hamparan sawah berwarna hijau pekat di sisi kanan dan kiri membuat mata ini teduh. Ah ... begitu indahnya perjalanan ini. Suasana seperti inilah yang saya rindukan ketika touring.

Bolak-Balik Nge-POM Karena Kapasitas Tanki Bahan Bakarnya Sedikit

Meski saya sanggup berkendara nonstop tanpa henti, saya tidak boleh egois karena di belakang saya berada kekasih saya yang belum terbiasa duduk berjam-jam di atas motor. Selain itu, motor yang saya gunakan pun hanyalah motor matic ber-cc kecil. Jika terlalu dipaksakan takutnya bisa jadi masalah. Setidaknya tiap satu atau dua jam (maksimal) berkendara, saya harus beristirahat sejenak sekedar meluruskan kedua kaki dan tulang punggung agar tidak pegal.

Bertemu Nathan, Sang Lone Rider GILA
Tidak hanya laju kendaraan yang saya ukur. Waktu istirahat pun saya perhitungkan. Saya buat dua titik khusus untuk beristirahat lama (sekitar satu sampai dua jam). Tergantung situasi dan kondisinya juga sih. Satu titik di Bali dan satu lagi di Jawa. Sedangkan istirahat singkatnya berkisar antara sepuluh hingga lima belas menit, saya beri jatah tak terbatas. Kapan pun mau berhenti boleh, asal tidak terlalu sering. Kalau kebanyakan, kapan sampai Surabaya nya?

Tempat paling ueeeeenakkk untuk beristirahat lama, dimana lagi kalau bukan di Alf*mart atau Ind*mart? Selain bisa nyelonjorin kedua kaki serta punggung, di tempat itu juga tersedia berbagai jenis makanan dan minuman ringan dengan harga terjangkau dan kualitas terjaga.

Daerah Bajra jadi pemberhentian pertama kami untuk beristirahat panjang. Di depan bahu kiri jalan, saya lihat ada gerai Ind*Mart cukup besar. Saya kurangi laju kendaraan kemudian menyalakan lampu sign kiri dan singgah di sana.

Sayang mau beli apa?” tanya kekasih saya setelah si 'baby blacky' parkir sempurna di pelataran parkir kendaraan.

Bebas. Apa aja sayang. Beli air minum ukuran tanggung aja satu” ucap saya.

PO Bus Tiara Mas Bongkar Mesin

Selagi dia belanja, saya lebih memilih duduk di luar sembari bersantai di salah satu deretan kursi plastik berwarna biru yang telah disediakan pihak pengelola toko. Sewaktu bersantai, persis di seberang jalan saya melihat adanya sebuah bus dominasi warna merah muda -Pink- milik Perusahaan Otobus (PO) Tiara Mas sedang turun mesin. Kendaraan sebesar itu kalau sudah sampai bongkar mesin pasti lama tuh selesainya, bisa berjam-jam. Itu pun kalau sparepart-nya ada. Kalau tidak ya bisa berhari-hari. Melihatnya saya jadi kepikiran bagaimana nasib para penumpangnya ya?. Pasti jengkel setengah mati nungguin bus cadangan tiba.

Selain melihat para mekanik bus sedang sibuk membetulkan kendaraannya, saya juga melihat adanya sepeda motor bebek dengan barang bawaan bejibun di ujung parkiran sebelah kanan. Saya lihat awalan dua digit plat nomornya tertera “BL”. “BL dari daerah mana lagi tu?” gumam saya dalam hati bertanya-tanya. Jika dilihat dari banyaknya barang bawaan, pasti sang-pengendara sedang melakukan perjalanan jauh. Sama seperti saya. Saya perhatikan sekilas, terdapat sebuah tas ransel punggung yang diletakkan di bagian tengah mengisi lekuk kosong kendaraan. Kemudian di bagian jok belakang dipenuhi berbagai bawaan yang dibungkus lapisan terpal agar tidak basah terkena air hujan. Barang bawaan di jok belakang itu cukup panjang sampai melebihi jok-nya sendiri. Sementara itu, di atasnya ada gitar kecil yang diikat ala kadarnya.


Saya pun dibuat penasaran, siapakah pemilik kendaraan itu. Selain plat nopolnya terlihat asing, rasanya juga jarang ada orang mau touring pakai motor Honda Supra. Kebanyakan orang kita suka pakai motor kelas 200 cc ke atas.


Saya toleh kanan, toleh kiri, yang mana nih orangnya ya? Sebetulnya gampang cari tahu siapa pemiliknya. Cari saja seseorang disekitar situ yang berpakaian 'nyentrik'. Beberapa detik kemudian, akhirnya saya berhasil menemukannya! Ternyata bukan orang lokal, melainkan bule. Wah susah juga nih, mengingat penguasaan bahasa Inggris saya terbatas. Karena didorong rasa penasaran yang membuncah, mau tidak mau saya harus berinteraksi dengannya.

Begitu ia keluar dari dalam gerai mini market sambil membawa sebungkus makanan ringan, kemudian duduk persis di samping kiri saya, saya beranikan diri bertanya kepadanya.

Ummmm ... excuse me, Sir. Is that your motorcycle?” tanya saya sembari menunjuk motor Supra paling ujung. Saya bisa merasakan keringat dingin mulai keluar membasahi kening. Tangan pun terasa gemetar pelan. Tiga tahun setengah saya menetap di kawasan Sanur yang notabene banyak orang asing berseliweran, saya tidak pernah berkomunikasi secara intens dengan mereka. Paling banter bilang “Hi” atau “Hi, how are you?”. Memalukan!

Oh, yes. Honda Astrea (dia nyebutnya begitu), thats my motorcycle” jawabnya dengan ekspresi muka sumringah. Senyumnya mengembang maksimal mendominasi wajahnya.

Ahhhh ... and where are you going, Sir? But pardon me before, let me guess, you from London right?” saya mulai ceplas-ceplos cuek. Persetan dengan grammar atau penggunaan kata yang amburadul. Paling tidak, saya bisa mengeluarkan kata-kata tanpa bercampur aduk dengan bahasa Indonesia. Saat itu, rasa grogi saya mulai terkendali.

Me? Oh I am from Australia” jawabnya.

Ehhhh ... Australia? Ohhhh ... My mistake. Hehehehe. Your voice sound from London” saya tertawa malu sembari cengar-cengir ngga jelas. “Ohh ... I am sorry, my name Darwin. I am from Bandung, West Java” saya sampai lupa belum memperkenalkan diri. Tangan kanan saya sodorkan ke dekatnya dan ia menyambutnya dengan baik.

My name Nathan”

Whooo ...?” karena saya kurang jelas mendengar, saya dekatkan telinga saya sedikit.

Naaatthaaannn ...” ucapnya dalam tempo sedikit lambat.

Ahhhh ... Nathannn! Nice to meet youuuu, Nathan” saya goncangkan tangannya ke atas dan bawah. “Ohhh ... and where are you going, Sir?” saya kembali mengulang pertanyaan yang sempat terucap tadi. Dugaan saya pasti dia berasal dari suatu daerah dan Bali adalah destinasi terakhirnya.

Ohhh ... I want go to Papua” ucapnya.

Eeee ... Papua ...?? and where are you come from?” perasaan saya mulai tak enak. Gila juga nih bule, gumam saya.

I am from Aceh!” tegas Nathan.

Yooouuuu whattt .....?!!! From Aceh to Papua using that motorcycle??!!! Wooowww!!”

Aaaaaaa ....” Nathan ikut setengah teriak membalas ekspresi spontan saya yang meledak secara tiba-tiba.

Yeahh ... yeahhh ... everybody always screaming like that when I explain my trip” kepala Nathan manggut-manggut puas. Senyumnya tak pernah pudar dari wajahnya.

Youre so so crazy!!! You know that?!” saya masih melongo seperti orang blo'on. Seakan tak percaya dengan apa yang barusan saya dengar. Sebetulnya saya ingin sekali melontarkan kalimat gaul seperti di televisi agar suasana terasa lebih santai. Kalimat yang saya maksud adalah “You're so Fu*king God D*mn crazy!”. Tapi saya urungkan niat tersebut karena baru kenal, takut tidak sopan.

I am already visit Bandung and I very like 'ayam bakar'. And then Ijen, Bromo” jelasnya menyebut beberapa destinasi yang telah ia kunjungi.

Ahhh ... yeahhh ... yeahhh” giliran saya yang manggut-manggut. “And for how long your plan this goes?” saya kembali bertanya ngaco asal jeplak.

Ohh ... my plan ... about four month”

And how about the motorcycle? Any trouble when youre riding?” tanya saya.

No trouble at all!!” jawabnya mantap.

Yeahhh ... I believe that because as I know that motorcycle is very bad, you know what I mean?” maksud saya dalam kalimat ini ingin menjelaskan kalau motor supra itu memang bandel. Tidak gampang rusak, tahan banting. Sekali lagi maafkan saya jika penggunaan bahasa Inggris saya banyak salahnya.

Saya lihat kekasih saya sudah sedari tadi nunggu di samping saya. Ekspresi mukanya seperti berkata, “Ayoookk, lanjut lagi jalannya, ntar kemaleman lho”. Sebelum saya melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda, saya minta ia berfoto berdua dengan saya.

Sir, do you mind if I take a picture with you? For my documentation so I can upload it in my blog”

Sure!”
Saya (Kanan) dan Nathan
Ok, thanks a lot for the picture, Sir!. Ummm ... I want continue my trip, anyway. Good luck with your trip, Nathan. So long” ucap saya berpamitan sembari bersalaman.

My pleasure, Darwin. See you again in other time” balasnya ramah.

Seusai bersalaman, saya pun berpisah dengan Nathan dan saya kembali melanjutkan perjalanan panjang ini ...

Moral yang dapat saya ambil dari pertemuan singkat itu adalah, touring itu tidak harus naik motor berkapasitas mesin besar (200 cc ke atas). Motor kecil pun sanggup membawa kita berkeliling nusantara. Tak perlu minder atau merasa malu apalagi sampai berpikiran, “Ah ... si anu kan motornya besar. Pantas jika dia bisa touring jauh kesana kemari. Sedangkan saya hanya punya motor kecil, maklum lah”. Inilah serunya touring naik motor. Ada saja kejadian tak terduga. Tidak hanya itu, kita juga bisa mengenal dan bertemu dengan banyak orang yang simpatik dengan kisah perjalanan yang sedang kita jalani.


See you in next story ...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar