Awalnya saya malas dan
ngga begitu tertarik untuk menulis kejadian yang terjadi 2 minggu
lalu atau lebih tepatnya hari selasa (11/2) silam. Tapi, ngga tau
kenapa, peristiwa konyol dan mencengangkan itu terus menerus berputar
di dalam pikiran saya.
Biar hati dan pikiran ini
plong alias lega, suka ngga suka, mau ngga mau, saya harus
menuliskannya. OK, saya mulai saja ceritanya ...
GAMBAR ILUSTRASI |
Menjelang sore hari, saya
berada di dalam angkutan umum berwarna pink jurusan Gede Bage –
Dago, hendak pulang ke rumah di kawasan Ujung Berung. Arus lalu
lintas pada saat itu sungguh macet tak terkira. Maklum, bertepatan
dengan jam pulang kantor -sekitar pk.16.30 wib-.
Dari tempat duduk, saya
perhatikan sekilas raut wajah abang sopir lagi pusing melihat
panjangnya antrian kendaraan. Sebagian kepalanya ditopang tangan
kanan yang bersandar di samping kanan jendela pintu angkot. Sedangkan
tangan kirinya berulang kali menarik lalu melepaskan handle rem
tangan.
Situasi di bangku
penumpang tak kalah mengenaskan, hawanya terasa gerah seiring suhu
mobil yang meningkat dan pengap oleh gas buang kendaraan yang
terperangkap akibat kurangnya sirkulasi udara. Beberapa penumpang
wanita tampak tertunduk lesu sambil menutupi hidungnya dengan ujung
jilbab.
Di tengah kondisi seperti
itu, naiklah sejumlah anak sekolah tingkat SMP berjilbab ke dalam angkot -saya lupa SMP berapa,
ngga merhati'in soalnya-. Jumlahnya sekitar 5 sampai 6 orang.
Baru saja bokong mereka
duduk menyentuh bangku penumpang, rombongan gadis perawan ini
langsung ramai bergosip ria seputar aktivitas seharian di sekolahnya.
Saya lebih memilih menjadi pendengar setia saja. Lumayanlah,
ketimbang saya makan hati dengar suara knalpot yang memekakkan
telinga.
30 menit berlalu, lama
kelamaan gosip mereka makin basi dan mulai cari materi lain ...
Anak SMP#1: Eh ... Eh ...
Liat deh cowok yang lagi berdiri itu!!
Sontak pandangan mereka
semua melihat ke arah cowok yang ditunjuk.
Anak SMP#2: Kenapa
emangnya?
Anak SMP#1: Hidungnya
mancung, ya!!
Anak SMP#3#4#5#6: Eh ...
Iya lhooo ... Hoo'ohhhh ... Ih kok bisa yahhh? Aduhhh ... Aku besok
mau punya cowok yang hidungnya mancung kayak dia ah ...
Ujar mereka bersahutan.
Anak SMP#3: Eh ... Coba
liat deh cowok yang itu !!
Ia seperti tak ingin
kalah dengan temannya. Lagi-lagi pandangan mereka kompak melihat ke
arah yang ditunjuk.
Anak SMP#2: Kenapa sama
dia?
Salah satu dari mereka
bertanya keheranan.
Anak SMP#3: Giginya bisa
tonggos gitu ya?
Anak SMP# 3#4#5#6: Eh ...
Iya lhooo !! Gigi kok bisa kayak gitu yaaaa!!! Ih ... Ihhh ... Ihhhh
....
Saya pikir, OK ...
pembahasan mereka mulai gawat nih. Udah main fisik! Sampai pada
akhirnya, mereka saling bertanya antara satu dengan yang lainnya ...
Anak SMP#1: Kalau di
rumah, kamu suka panggil Ibu kamu pakai sebutan apa?
Anak SMP#2: Kalau aku,
biasa panggil Ibu ... Kalau kamu?
Anak SMP#3: Kalau aku
sih, manggilnya Bunda ...
Anak SMP#4: Kalau kamu
gimana?
Anak SMP#5: Aku Mama ...
Anak SMP#6: Kalau kamu?
Anak SMP#1: Aku sih,
mother
Sampai bagian ini, memang
tidak ada yang begitu menarik. Namun, salah satu dari mereka nyeletuk
dengan polos nya tanpa rasa dosa ...
Anak SMP#???: MOTHER
FUCK*R!!
Jelas ... Saya lagi
menegak air putih pada botol aq*a yang saya bawa selama dalam
perjalanan seketika langsung tersedak. Langsung keselek begitu
mendengar dua kata itu terlontar ringan dari mulut gadis perawan
setingkat SMP. Kok bisa-bisanya ngomong seperti itu! Belajar dari
mana sih? Ngerti ngga sih apa artinya?
Anak SMP#3: Emang Mother
Fuck*r itu teh artinya apah?
Tanya salah satu diantara
mereka dengan logat sunda kental dan suara lirih seperti berbisik.
Nah kannn ... Ternyata
mereka ngga tau artinya apa! Beruntung kata-kata itu ngga terucap di
depan kedua orang tua mereka. Coba kalau sampai terdengar, bisa sport
jantung dibuatnya. Bahkan saya sendiri yang berada di dekat mereka
saja ngga berani menatap wajah rombongan itu satu persatu karena
malu.
Hahaha ... Meski begitu,
pengalaman satu angkot sama mereka, saya akui seru. Saking seru nya,
situasi sumpek, carut marut kendaraan bermotor sampai tak terasa.
Tau-tau, di depan, saya harus turun dari angkot karena sudah sampai
di depan gerbang perumahan.
Dasar ... Anak-anak zaman
sekarang.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar