Senin, 24 Maret 2014

BUAT CERPEN ITU GAMPANG? SIAPA BILANG!

source: google.com
Siapa sesumbar mengatakan bahwa bikin cerpen itu gampang? Susah! Kelihatannya aja gampang, begitu praktek? Beuh, amit-amit. Prosesnya tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan dan butuh waktu cukup lama -tergantung juga sih. Seberapa besar niat menyelesaikannya-. Itulah kenapa belakangan ini saya jarang update blog. Lagi keranjingan nambah koleksi cerpen di blog 'sebelah'.

Kali ini, saya akan bahas sedikit pengalaman saya dalam membuat cerpen. Meski belum bisa dikatakan tingkat mahir, setidaknya bisa lah memberi gambaran buat cerpen itu seperti apa dan bagaimana sih?


Pertama, kita harus memiliki imajinasi kuat. Imajinasi ini diperlukan untuk memuluskan proses mengarang. Kalau imajinasinya dangkal, bisa jadi hasil ceritanya pun akan biasa-biasa saja alias kurang berkesan. Kira-kira konflik apa yang ingin dimunculkan atau diceritakan? Pembaca suka kejutan!. Maka dari itu, kebanyakan penulis cerpen lebih menggunakan otak kanan ketimbang otak kiri.

Kedua, bagian teknis. Setahu saya, setidaknya ada beberapa bagian utama dari cerpen, yakni tema, plot, alur cerita -bisa maju, mundur atau flashback, kombinasi antara maju dan mundur-, setting, tokoh/karakter, sudut pandang -apakah cerita tersebut dilihat dari pandangan orang pertama (aku), orang kedua atau orang ketiga-. Agar mudah dipahami, anggap saja kita ini seolah-olah jadi TUHAN yang bebas menentukan jalan cerita. Mau hujan, kemarau, gempa, bunuh si ini, bikin sengsara si itu dan lain sebagainya. Seru ngga tuh?

Ketiga, wajib punya stok pembendaharaan kata yang melimpah -khususnya persamaan kata atau sinonim-. Tujuannya apa? Agar meminimalisir penggunaan kata yang sama. Saya ambil contoh satu kata, “memakai”. Kalau kita hanya menguasai kata memakai saja, berarti berapa banyak kata memakai yang diulang-ulang dalam satu cerita? Kata memakai bisa juga diganti kata mengenakan, menggunakan dan lain sebagainya. Tips dan triknya, download software kamus sinonim offline atau yang berformat pdf. Nanti di search, kira-kira kata apa yang cocok atau bisa digunakan.

Keempat, detail. Menulis cerpen itu harus lengkap dan terperici. Saya ambil contoh, seseorang habis berolahraga ia merasa haus, kepengen minum. Tentu kita tidak bisa sekedar tulis, Budi habis olahraga ia haus dan ingin minum.

Akan lebih baik jika ditulis seperti ini:
Seperti biasa, Budi selalu berolahraga jogging setiap minggu pagi di lapangan Puputan Renon Denpasar. Kaos putih longgar tanpa lengan itu terlihat basah kuyup oleh derasnya cucuran keringat yang keluar dari dalam tubuhnya. Setelah berhasil mengelilingi beberapa putaran, napasnya mulai tersengal-sengal. Dahaganya memuncak. Ia segera menyapu pandangannya ke lapangan parkir, kemudian berlari melangkahkan kakinya menuju kendaraan di mana ia menyimpan sebotol penuh berukuran cukup besar berisi air minum yang dibawanya dari rumah.

Intinya, semakin detail atau terperinci kita menjelaskan, semakin baik.

Kelima, dibutuhkan kesabaran tingkat dewa dan napas yang panjang. Di sini bisa diartikan, seorang penulis cerpen harus bersabar dalam menceritakan kisahnya. Pada poin di atas -keempat-, inti cerita hanya satu. Si Budi habis olah raga keliling lapangan, trus dia haus ingin minum. Hitung saja berapa banyak kata yang diperlukan untuk menceritakan satu bagian.

Napas panjang maksudnya, berapa banyak kata sih yang bisa kita muntahkan sekali menulis? Saya saja sekali nulis dapat 600'an kata udah megap-megap. Jenuh.

Kalau sudah jenuh begitu, banyak orang malas meneruskan ceritanya. Makanya itu, terkadang saya berpikir bahwa menulis itu gampang! Semua orang juga bisa menulis. Tapi ngga semua orang bisa menyelesaikan tulisan sampai tuntas. Karena apa? Ya karena dilanda rasa bosan.

Setelah lancar menulis cerpen, masih ada satu hal lagi yang paling penting, yaitu kualitas tulisan cerpen! Wah ini dia bagian tersulit.

Menurut saya, sebuah cerpen bisa dikatakan berkualitas apabila tulisan itu bisa mempengaruhi emosi sang pembaca. Entah itu perasaan gembira, sedih hingga bercucuran air mata, gemas dan lain sebagainya. Lantas bagaimana caranya? Perbanyak latihan dan gunakan hati disetiap kata.

Seiring waktu berjalan dan jam terbang semakin tinggi, apa yang diinginkan dari setiap penulis, yaitu mempengaruhi emosi sang pembaca akan dapat dicapainya.

Bagaimana dengan penjelasan di atas? Mungkin itu yang dapat saya jelaskan sampai saat ini. Masih menganggap menulis cerpen itu gampang? Susah? Nah, justru itu tantangan bagi seorang penulis. Menulis cerpen lebih kompleks daripada hardnews atau feature. So? Berani ambil tantangan satu ini?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar