source: google.com |
Siapa sesumbar
mengatakan bahwa bikin cerpen itu gampang? Susah! Kelihatannya aja
gampang, begitu praktek? Beuh, amit-amit. Prosesnya tidak mudah
seperti membalikkan telapak tangan dan butuh waktu cukup lama
-tergantung juga sih. Seberapa besar niat menyelesaikannya-. Itulah
kenapa belakangan ini saya jarang update blog. Lagi keranjingan
nambah koleksi cerpen di blog 'sebelah'.
Kali ini, saya akan
bahas sedikit pengalaman saya dalam membuat cerpen. Meski belum bisa
dikatakan tingkat mahir, setidaknya bisa lah memberi gambaran buat
cerpen itu seperti apa dan bagaimana sih?
Pertama,
kita harus memiliki imajinasi kuat. Imajinasi ini diperlukan untuk
memuluskan proses mengarang. Kalau imajinasinya dangkal, bisa jadi
hasil ceritanya pun akan biasa-biasa saja alias kurang berkesan.
Kira-kira konflik
apa yang ingin dimunculkan atau diceritakan? Pembaca
suka kejutan!.
Maka dari itu, kebanyakan penulis cerpen lebih menggunakan otak kanan
ketimbang otak kiri.
Kedua,
bagian teknis. Setahu saya, setidaknya ada beberapa bagian
utama dari cerpen,
yakni tema,
plot, alur cerita
-bisa maju, mundur atau flashback,
kombinasi antara maju dan mundur-, setting,
tokoh/karakter, sudut pandang
-apakah cerita tersebut dilihat dari pandangan orang pertama (aku),
orang kedua atau orang ketiga-. Agar mudah dipahami, anggap saja kita
ini seolah-olah jadi TUHAN yang bebas menentukan jalan cerita. Mau
hujan, kemarau, gempa, bunuh si ini, bikin sengsara si itu dan lain
sebagainya. Seru ngga tuh?
Ketiga,
wajib punya stok pembendaharaan kata yang melimpah -khususnya
persamaan kata atau sinonim-. Tujuannya apa? Agar meminimalisir
penggunaan kata yang sama. Saya ambil contoh satu kata, “memakai”.
Kalau kita hanya menguasai kata memakai saja, berarti berapa banyak
kata memakai yang diulang-ulang dalam satu cerita? Kata memakai bisa
juga diganti kata mengenakan,
menggunakan
dan lain sebagainya. Tips
dan triknya,
download software kamus sinonim offline atau yang berformat pdf.
Nanti di search, kira-kira kata apa yang cocok atau bisa digunakan.
Keempat,
detail. Menulis cerpen itu harus lengkap dan terperici. Saya ambil
contoh, seseorang habis berolahraga ia merasa haus, kepengen minum.
Tentu kita tidak bisa sekedar tulis, Budi habis olahraga ia haus dan
ingin minum.
Akan lebih baik jika
ditulis seperti ini:
Seperti biasa, Budi
selalu berolahraga jogging setiap minggu pagi di lapangan Puputan
Renon Denpasar. Kaos putih longgar tanpa lengan itu terlihat basah
kuyup oleh derasnya cucuran keringat yang keluar dari dalam tubuhnya.
Setelah berhasil mengelilingi beberapa putaran, napasnya mulai
tersengal-sengal. Dahaganya memuncak. Ia segera menyapu pandangannya
ke lapangan parkir, kemudian berlari melangkahkan kakinya menuju
kendaraan di mana ia menyimpan sebotol penuh berukuran cukup besar
berisi air minum yang dibawanya dari rumah.
Intinya, semakin
detail atau terperinci kita menjelaskan, semakin baik.
Kelima,
dibutuhkan kesabaran tingkat dewa dan napas yang panjang. Di sini
bisa diartikan, seorang penulis cerpen harus bersabar dalam
menceritakan kisahnya. Pada poin di atas -keempat-, inti cerita
hanya satu. Si Budi habis olah raga keliling lapangan, trus dia haus
ingin minum. Hitung saja berapa banyak kata yang diperlukan untuk
menceritakan satu bagian.
Napas panjang
maksudnya, berapa banyak kata sih yang bisa kita muntahkan sekali
menulis? Saya saja sekali nulis dapat 600'an kata udah megap-megap.
Jenuh.
Kalau sudah jenuh
begitu, banyak orang malas meneruskan ceritanya. Makanya itu,
terkadang saya berpikir bahwa menulis itu gampang! Semua orang juga
bisa menulis. Tapi ngga semua orang bisa menyelesaikan tulisan sampai
tuntas. Karena apa? Ya karena dilanda rasa bosan.
Setelah
lancar menulis cerpen, masih ada satu hal lagi yang paling penting,
yaitu kualitas
tulisan cerpen!
Wah ini dia bagian tersulit.
Menurut
saya, sebuah cerpen bisa dikatakan berkualitas apabila tulisan itu
bisa
mempengaruhi
emosi sang pembaca.
Entah itu perasaan gembira, sedih hingga bercucuran air mata, gemas
dan lain sebagainya. Lantas bagaimana caranya? Perbanyak latihan dan
gunakan hati disetiap kata.
Seiring waktu
berjalan dan jam terbang semakin tinggi, apa yang diinginkan dari
setiap penulis, yaitu mempengaruhi emosi sang pembaca akan dapat
dicapainya.
Bagaimana
dengan penjelasan di atas? Mungkin itu yang dapat saya jelaskan sampai saat ini. Masih menganggap menulis cerpen itu
gampang? Susah? Nah, justru itu tantangan bagi seorang penulis. Menulis cerpen
lebih kompleks daripada hardnews atau feature. So?
Berani ambil tantangan satu ini?
Tidak ada komentar :
Posting Komentar