Rabu, 31 Juli 2013

KONVOY SARAT AROGANSI DAN PELANGGARAN INI BEBAS BERKELIARAN TANPA DITINDAK POLISI LALU LINTAS

SALAH SATU OKNUM MENUTUP JALAN SE-ENAKNYA
Sudah sepatutnya pengguna jalan raya TUNDUK dan PATUH dengan aturan yang berlaku. Semua pengguna jalan raya memiliki HAK dan DERAJAT yang sama, terkecuali mereka yang membutuhkan urgency seperti kendaraan ambulance, pemadam kebakaran, mobil jenazah, dan pengawalan dari pihak kepolisian. Saya rasa, sekarang ini bukan zamannya lagi unjuk arogansi di jalan. Mementingkan kepentingan segelintir orang, namun mengorbankan kepentingan orang banyak/umum. Arogansi kali ini, bukan dari oknum anggota motor besar ataupun club sepeda motor. Bukan pula arogansi dari geng motor yang kerap meresahkan masyarakat, melainkan hanya konvoy layang-layang ...


BALI KITE FESTIVAL adalah event layang-layang terbesar di Bali yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya. Biasanya, acara ini diadakan didaerah Padang Galak, Sanur dan tentu saja, festival ini menarik perhatian dari berbagai kalangan (pribumi, turis asing, hingga para jurnalis internasional). Selain sebagai ajang menyalurkan hobi mulai dari anak-anak hingga orang tua, Bali Kite Festival juga mengandung makna/unsur religius untuk Dewa Rare Anggon. Dewa ini dipercaya masyarakat sebagai pelindung areal persawahan petani agar terbebas dari gangguan Hama Wereng atau Burung.

Sayangnya, ketertarikan saya dengan acara ini langsung sirna begitu melihat puluhan anggota/crew layang-layang ber-konvoy didalam kota. Mereka mengendarai sepeda motor dengan cara zig-zag, tidak ada yang mengenakan helm keselamatan, adu kencang suara knalpot (bleyer-bleyer), menutup jalan se-enaknya, sampai menahan kendaraan dibelakang rombongan untuk mendahului, dsb. Saya pikir, kejadian seperti itu tidak perlu dilakukan para oknum layang-layang karena merugikan banyak orang dan dapat memicu (konflik) kemarahan pengguna jalan yang apes terjebak dibelakang rombongan.


LUCUNYA, tidak ada satupun Aparat Penegak Hukum (POLISI Satuan Lalu-Lintas) menindak rombongan tersebut. Jangankan menindak, Polisi yang sedang berjaga di Pos Jaga saja enggan keluar dari tempatnya yang ‘nyaman’ itu. Padahal ‘tak jarang rombongan tersebut menerobos traffic light hingga memacetkan arus dari arah berlawanan.


Yang menjadi pertanyaan saya adalah sedemikian SAKTINYA kah konvoy layang-layang sampai bisa berlaku seenaknya di jalan? Sampai-sampai mereka KEBAL HUKUM? Bagaimana jika dikemudian hari, terjadi konflik antara konvoy layang-layang dengan pengguna jalan? Siapa yang patut disalahkan dan dimintai pertanggung-jawaban? Ataukah para Penegak Hukum (POLISI Satuan Lalu-Lintas Bali) sudah malas menindak kaum pribumi dan lebih ‘TERGIUR’ menindak pengendara Turis Asing dimana mereka berbuat kesalahan sedikit saja, anggota langsung keluar dari Pos, stater motor, mengejar, dan mem-pepet Turis Asing itu. SUNGGUH IRONIS...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar