(25/12) Hampir
satu minggu belakangan, saya ngendog
manis di rumah. Mengisi waktu senggang membaca buku, berita, artikel, update postingan di blog ini, ber-socmed, sampai main game. Tapi lama
kelamaan kok bosan juga ya? Keluar rumah juga bingung mau kemana?
Kebetulan my ‘lil brotha, Turin sedang liburan
selama satu minggu penuh. Nah, daripada saya jadi manusia anti-sosial, kenapa
tidak diajak nemenin sekalian menikmati
hiruk pikuk kota Parahyangan? Itung-itung berpetualang jadi turis domestik
gadungan, ha3ha. Awalnya kita sepakat jam 10.00wib jalan, eh.. ternyata
meleset. Tugas bersih-bersih rumah belum juga selesai sampai batas waktu yang
ditentukan. Akhirnya kita baru jalan jam 11.15wib.
Dari Ujung Berung, kami naik angkutan umum (angkot/bemo) warna pink jurusan Gede Bage – Dago dan turun di simpang Dago dekat Bank BCA. Jarak segitu jauhnya, cukup membayar 5000/orang. Masih terjangkaulah, ketimbang bawa kendaraan sendiri? Capek di jalan, main srabat srobot sama pengguna jalan lain. Enak juga naik angkot, duduk manis, sampai deh di tujuan.
Di simpang Dago, seperti
perkiraan saya sebelumnya. Trafficnya gak ketulungan, macet, padat merayap!
Sejauh mata memandang, antrian kendaraan di mana-mana, dari ujung ke ujung.
Saya sendiri maklum melihat kondisi seperti itu. Lebar jalannya saja sudah sempit,
dipaksa nampung volume kendaraan segitu banyaknya, ya macet lah. Apalagi hari
ini libur nasional plus long weekend,
klop sudah. Bandung diserang plat B.
Beberapa menit lamanya
saya memperhatikan situasi dan kondisi sekitar. Beberapa orang terlihat asik
berfoto, ada puluhan anggota kepolisian berjaga di pos polisi, dan satu deret sepeda
gayung (kayuh). Saya tertarik dengan deretan sepeda kayuh itu. Setelah membaca
papan informasi, ternyata sepeda-sepeda itu di sewakan seharga 3000/jam. Wah..
asik tuh! Next time deh, saya mau jalan-jalan kawasan Dago naik sepeda. Gowes..
gowes..
Loket Penyewaan Sepeda Kayuh |
Jalur Pedestarian Nyaman dan Lebar |
Tempat Duduknya Unik Bulet Bulet Gitu |
Menjawab pertanyaan
sobat tadi, “Kenapa juga harus ke ITB sih?” Saya punya sejarah di sana. Bukan
berbentuk prestasi akademik, melainkan sejarah masa kecil. Setiap kali saya
liburan ke Bandung, begitu sampai di rumah nenek (masa kecil saya, besar di
kota lain), pasti minta diantar saudara ke sini untuk naik kuda! Harus! Wajib
hukumnya! Tak tanggung-tanggung, saya mintanya 10x putaran! Kalau ngga
diturutin, wah, jangan ditanya deh seperti apa tampang saya, He3He.
Darwin kecil, waktu itu mungkin
masih berseragam putih merah alias SD, saya punya tongkrongan kuda langganan. Kuda
itu nurut sekali dan gampang di kendalikan. Karena si kuda nurut, saya pasti
minta di lepas sama sang pemilik kuda. Jadi, ceritanya saya asik bermain kuda,
si empunya, saya suruh makan bakso kek atau ngapain kek. Wah, pokoknya seru!
Ternyata Ganesha
sekarang tidak se-asik dulu, sudah jauh berbeda. Padahal, tadinya saya
berencana naik kuda untuk kembali ke jaman bocah. Ah, sayang sekali. Situasinya
sepi sih, jadi ngga rame. Keburu ilfill duluan. Ya sudahlah tak mengapa, toh
keinginan saya bernostalgia menginjakkan kaki di jalur ITB sudah keturutan. Turin lalu mengajak saya ke kantin ITB,
kantin “Salman”.
Kantin Salman ITB |
Setelah icip-icip
jajanan pasar, kita melanjutkan lagi perjalanan ke Dago bawah. Lebih tepatnya
ke Gramedia depan Bandung Indah Plaza -BIP-. Wah.. ini baru kerasa
tantangannya, cukup menguras tenaga harus berjalan kaki ke sana. Kalau pun toh
naik angkot, lihat sendirikan gimana antrian kendaraannya? Bisa-bisa jalan kaki
sama naik angkot, lebih cepat jalan kaki.
Brrr.. sejuknya AC
langsung terasa begitu masuk gedung Gramedia. Ahh.. akhirnya sampai juga di
toko buku. Lumayan, sudah lama saya tidak baca-baca buku berkualitas tinggi
gratisan (#eh). Koleksi buku Gramedia berlantai 4 ini termasuk lengkap. Saya sendiri
sangat antusias melihat ratusan rak men-display berbagai jenis buku. Tak sabar ingin
segera melahap ilmu sebanyak mungkin dalam waktu sekejap. Seingat saya,
Lantai#1 aksesoris macam tas kerja, ballpoint parker, pisau lipat, smartphone, nokia
customer care, dsb. Lantai#2 segala macam peralatan kantor/alat-alat tulis.
Lantai#3 Novel. Lantai#4 Komik.
Satu Rak Full Sherlock Holmes!! Ough Yeahh |
Sampai pada akhirnya, suka
tidak suka, waktu jugalah yang memisahkan saya dengan toko buku itu. Saya harus
cepat pulang ke rumah karena beberapa jam lagi, sinar mentari akan lenyap berganti
malam. Rencananya sih, minggu ini, saya mau balik lagi ke Gramedia, baca-baca
buku gratisan (#eh #eh). Tapi kayaknya bakal sendirian deh, si Turin katanya
kakinya pegel-pegel habis jalan kaki, he3he.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar