Minggu kemarin, saya
hendak menuju pusat kota Bandung. Selama perjalanan, saya melihat seorang
mahasiswa berpakaian rapih bersepatu kets. Di punggungnya terdapat tas laptop
dan di bahu kirinya membawa semacam tempat penyimpanan gambar. Sepertinya mahasiswa
itu dari jurusan arsitektur atau semacamnya. Sepintas memang tidak ada yang
menarik dari penampilannya, biasa-biasa saja. Kira-kira sobat tau ngga ya apa
yang membuat saya salut dengan mahasiswa itu?
Lihat sepeda motor yang dikendarainya.
Untuk ukuran zaman sekarang, motor buatan suzuki itu termasuk motor butut. Bahkan kebanyakan sudah usang menjadi
barang rongsokan. Siap dirombeng atau dikilo. Tidak ada yang mau mengendarainya.
Lebih baik jalan kaki ketimbang naik motor uzur itu.
Tetapi, di tangan
mahasiswa satu ini, imej -pandangan-
motor butut ia tangkis mentah-mentah. Coba sobat perhatikan motor berwarna
merah itu, tampak mengkilap dan terawat, bukan? Setahu saya, motor jenis itu kebanyakan
asapnya lebay! Putih pekat beraroma campuran oli dan bensin yang dibakar. Menyesakkan
dada. Yaa.. 11-12 lah dengan asap fogging dari dinas lingkungan. Tapi, kalau saya
perhatikan lebih seksama lagi, asap yang keluar dari mulut knalpot motornya sedikit
sekali. Tidak menimbulkan polusi udara. Selain itu, ketika saya mendahuluinya
dari samping kanan, ekspresinya terlihat santai. Tidak minder dengan pengendara
motor lain yang tunggangannya jauh lebih up
to date dari motornya.
sumber |
Ngomongin masalah sepeda
motor dan gengsi, saya jadi teringat dengan beberapa artikel berita yang pernah
di muat media online, memberitakan seorang
pemuda nekat bunuh diri terjun ke sungai karena permintaannya dibelikan sepeda
motor baru ditolak orang tuanya. Jangankan sepeda motor baru, makan layak saja
mungkin sudah susah. Bagaimana bisa menuruti permintaan si anak? Peristiwa
memilukan itu tidak hanya terjadi sekali dua kali, sering! Si anak ada yang
berani cek-cok adu mulut, memaki-maki, bahkan ada juga yang tega MEMBUNUH orang
tuanya sendiri hanya karena gengsi saat bergaul dengan teman-temannya!!
Naudzubillah..!! Sungguh ironis, bukan?
Lihatlah contoh di atas, si mahasiswa itu. Penampilannya rapih dan bersih. Ekspresinya ketika mengendarai motor juga santai, pelan-pelan asal selamat. Toh yang namanya kendaraan itu untuk memudahkan kita berpindah-pindah tempat. Bukan ajang keren-kerenan, adu kebut, atau adu mewah. Siapa tahu, motor warna merah mahasiswa itu ia belinya dengan hasil jerih payahnya? Tidak meminta belas kasihan sumbangan dari orang tua? Itu lebih bagus, ketimbang naik motor mewah sekelas Ninja250 tapi menyengsarakan orang tua.
sumber |
Lihatlah contoh di atas, si mahasiswa itu. Penampilannya rapih dan bersih. Ekspresinya ketika mengendarai motor juga santai, pelan-pelan asal selamat. Toh yang namanya kendaraan itu untuk memudahkan kita berpindah-pindah tempat. Bukan ajang keren-kerenan, adu kebut, atau adu mewah. Siapa tahu, motor warna merah mahasiswa itu ia belinya dengan hasil jerih payahnya? Tidak meminta belas kasihan sumbangan dari orang tua? Itu lebih bagus, ketimbang naik motor mewah sekelas Ninja250 tapi menyengsarakan orang tua.
Pokoknya saya salut
dengan mahasiswa itu...
Tidak ada komentar :
Posting Komentar